Langsung ke konten utama

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN [ AKLIMATISASI PLANLET]

 

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN

 

AKLIMATISASI PLANLET

 

 

 



 

OLEH

KELOMPOK 2

ALFIANI NUR HIKMAWATI

C1203002

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK BANJARNEGARA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

BANJARNEGARA

2013







PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau langsung ke lapang (Pospisilova et al, 1996). Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Wetherell (1982) menuliskan aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya. Torres (1989) menuliskan aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan.

Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut. Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982). Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya (Torres, 1989). Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akan tetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca

 

B.     Tujuan

Mahasiswa mampu Mengadaptasi calon tanaman hasil kultur in vitro di lingkungan luar secara bertahap dan mengetahui planlet maupun benih somatic yang mampu beradaptasi di lingkungan in vitro.

 

C.    Teori dasar

Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan (Torres, 1989).

Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna (Wetherell, 1982).

Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).

Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).

Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marzuki, 1999).

Arang sekam merupakan salah satu media hidroponik yang baik karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut; mampu menahan air dalam waktu yang relatif lama, termasuk media organik sehingga ramah lingkungan, lebih steril dari bakteri dan jamur karena telah dibakar terlebih dahulu, dan hemat karena bisa digunakan hingga beberapa kali (Sinaga, 2001).

 

D.    Bahan dan alat

Bahan yabg digunakan dalam praktikum ini adalah planlet kentang dan anggrek, dithane dan arang sekam sieril. Sedangkan alat yang digunakan adalah pinset ukuran besar, toples steril (diberi lubang di bagian bawah) dan spidol.

 

E.     Prosedur kerja

Tanaman dalam botol dikeluatkan hati-hati menggunakan pinset dan diusahakan akarnya tidak terpotong ataupun luka. Kemudian cuci dengan air mengalir sampai bersih dan tidak ada sisa media (agar) di akar. Sebelum planlet dipindahkan ke media sekam steril, terlebih dahulu planlet direndam dengan dithane 45. Selanjutnya planlet segera ditanam di arang sekam steril yang ditempatkan di dalam gelas aqua plastic. Planlet ditanam dalam bentuk yaitu panlet gerombol dan panlet single. Kemudian panlet ditutup dengan hati-hati agar tanaman tidak patah dan simpan di ruangan kultur selama 1 minggu. Parameter yang diamati adalah jumlah daun awal, tinggi tanaman awal, jumlah tunas, jumlah daun akhir, dan tinggi tanaman akhir.

Perubahan yang diamati pada percobaan ini meliputi jumlah kultur yang terkontaminasi, jumlah planlet yang berumbi hingga 12 minggu, jumlah umbi per botol dan ukuran umbi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

F.     Hasil Pegamatan

Data Tabel Hasil Pengamatan

Tanaman

Data awal

Data akhir

Anggrek

1

Jml Daun

Tinggi

Jml tunas

Jml Daun

Tinggi

Jml tunas

 

2

2

1 cm

-

4

2 cm

1

 

3

4

1,3 cm

-

6

2,7 cm

2

 

4

2

1,2 cm

-

4

3 cm

1

 

5

2

1 cm

-

4

2,5 cm

1

 

6

4

1 cm

-

6

3 cm

1

 

7

4

1,4 cm

-

6

2,6 cm

2

 

8

4

1 cm

-

7

2 cm

2

 

9

2

1,2 cm

-

5

2,2 cm

1

Kentang

1

4

7 cm

-

Mati

Mati

Mati

 

2

5

7 cm

-

Mati

Mati

Mati

 

3

4

8 cm

-

Mati

Mati

Mati

 

4

6

7 cm

-

Mati

Mati

Mati

 

G.    Pembahasan

Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang.

Pada aklimatisasi yang telah dilakukan, diketahui data seperti diatas. Tanaman kentang 100 % mati dan kering. Hal tersebut disebabkan proses saat memindahkan tanaman yang kurang baik. Tanaman kentang yang digunakan pada tahap ini tdak terlalu kuat dan cenderung rapuh. Sehingga akar tanaman kentang ketika dipindah patah sehingga terluka.

Sedangkan pada anggrek terlihat mampu beradaptasi dan tumbuh. Pada pengamatan terakhir tanaman anggrek mengalami perkembangan panjang, jumlah daun dan tunas.

Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Pada praktikum kali ini diperoleh tanaman anggrek hidup semua sedangkan tanaman kentang 100% mati.

 

 

 

 

KESIMPULAN

 

1.      Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof.

2.      Semua tanaman anggrek yang diaklimatisasi mampu beradaptasi, sehingga dapat tumbuh dan berkembang.

3.      Tanaman kentang yang diaklimatisasi semua mati, disebabkan saat memindah ke media arang sekam akar terpotong dan terluka.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Khaeriyah, 2012. Laporan Aklimatisasi. http://khaeriyah-indahnyaberbagi.blog spot.com/2012/06/laporan-aklimatisasi.html. Diakses pada 24 Desember 2013.

Adriana. 2010. Aklimatisasi Anggrek.http://kasopondok.blogspot.com/2010/03/ aklimatisasi- anggrek.html 24 Januari 2013. Diakses pada 24 Desember 2013.

Gunardi, Tom. 1985. Anggrek untuk pemula. Penerbit Angkasa, Bandung.

Luri, S. 2011. Tahapan-Tahapan dalam Kultur Jaringan 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terrarium, Miniatur Ekosistem dalam Kaca

Terarium  atau  Virarium  adalah media atau wadah yang terbuat dari kaca atau plastik transparan berisi tanaman, yang diperuntukkan bagi beragam kebutuhan, seperti untuk penelitian, metode bercocok tanam maupun dekorasi. Dapat dikatakan bahwa terarium merupakan biosfer buatan yang paling alami karena fungsi biologis yang terjadi dalam terarium pun mirip dengan yang terjadi di alam. Sehingga terarium dapat juga dijadikan laboratorium biologi mini. Terarium menampilkan taman miniatur dalam media kaca. Terarium dapat mensimulasikan kondisi di alam yang sebenarnya dalam media kaca tersebut. Misalnya terarium dapat mensimulasikan ekosistem gurun, ekosistem padang pasir, ekosistem hutan hujan tropis dan bermacam-macam ekosistem lainnya. Terarium Pertama kali diperkenalkan di Inggris. Diawali dengan rumah kaca mini di Kerajaan Inggris dan kaum bangsawan kemudian terarium menjadi terkenal di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Alat ini terdiri dari sebuah kotak yan...